Thursday, December 22, 2016

Penyakit Itu Menghijrahkanku



Berawal dari rasa ketidakadilan, dan kegundahan siang malam yang membuat saya melangkah untuk hijrah. Rasa ragu akan jalan yang saya ambil untuk menghabiskan waktu dunia. Keinginan untuk terus bahagia, foya-foya tanpa ingat akan pemberian siapa kebahagian ini. Iya, Allah subhanahu wa ta’ala yang berikan ini semua. Tapi apalah daya, saat itu hati masih tertutup mendung untuk mendekati-Nya. Semua kebahagiaan yang saya dapatkan dalam sekejab hilang di depan mata, ketika saya harus menyadari bahwa saya menderita suatu penyakit. Inilah kisah perjalanan hijrahku, yang akan kubagi bersama teman-teman sahabat hijrah.

Siapa yang tak ingin hidup bahagia?. Hanya orang gila yang menginginkan hidup sengsara di dunia. Sehingga, tak perlu  heran jika banyak orang rela menghabiskan uang, waktu, dan tenaga demi meraih kebahagiaan semu.  Kenapa saya menyebutnya kebahagiaan semu?. Karena sesuatu itu tidak ada yang abadi, roda kehidupan akan terus berputar, suatu ketika kita bisa dibilang kaya tapi sekejap mata kita juga bisa melarat. Sungguh hanya Allahlah yang kekal abadi selamanya. Setiap manusia, juga ingin berbagi kebahagiaan bersama orang lain. Entah itu sahabat, keluarga, bahkan special someone atau dengan kata lain “pacar”.

Zaman sekarang, siapa yang tak kenal istilah “pacar”?. Sebagian orang menganggapnya saru bahkan tidak etis tapi kebanyakan orang menganggapnya BIASA. Sudah bukan rahasia lagi, wanita dan laki-laki bedua kelayapan kesana kemari dengan andil ingin mencari kebahagiaan. Sama halnya dengan diriku, aku juga pernah seperti itu. Pernah selalu ingin merasa bahagia bersama seakan dunia milik berdua, yang lain numpang. Saling menjaga keharmonisan hubungan dengan ini itu. Merasa bangga dengan dia yang selalu ada untuk kita disaat senang atau sedih, bahagia atau susah, sungguh bangga sekali. Seaakan akan dia sosok yang sangat kita agung-agungkan, ketika dia marah kita sangat kebingungan bagaimana agar si dia tidak marah lagi dengan kita. Sungguh syukur Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta’ala memperingatkan saya dengan tegas, hingga rasanya saampai menusuk tulang, dan seakan saya kehilangan semua hal yang sudah saya bangun dibelakang.

Allah memberikan saya sebuah penyakit, yang jarang dikalangan kaum hawa. Hal itu sontak membuat saya down, kebahagiaan saya hilang seketika, kenapa hal ini bisa terjadi pada saya, apa salahku ya Allah, Kau tak adil denganku, Kau ambil semua kebahagiaanku, sekarang hari-hariku hanya gelisah, sedih, dan meratap, Ya Allah sungguh salah apa aku ini?. Itu kata-kata terburuk yang saya lontarkan ketika mendapatkan cobaan tersebut. Tapi justru itu langkah awal saya untuk hijrah meinggalkan hal-hal buruk dalam hidup, meninggalkan sesuatu yang lezat membutakan dalam sebuah kehidupan. Perlahan lahan, Alhamdulillah saya bisa menerima semua ketentuan Allah, bersama keluarga tercinta yang selalu mendukung saya untuk selalu menjadi wanita yang kuat.

Ketika itu, saya memutuskan untuk meninggalkan gemerlapnya dunia fana, kutinggalkan dia yang kusebut special someone, berhenti untuk merusak diri sendiri dengan hal tak bermanfaat. Semua itu, karena Allah. Allah telah mengajak saya ke jalan yang benar. Allah inginkan saya menjadi orang yang bahagia dengan cara yang baik melalui jalanNya. Berat memang ketika kita harus meninggalkan kebiasaan yang sudah lama kita jalani. 

Tapi, Allah meyakinkan saya bahwa “Akan ada kebahagiaan di depan sana yang jauh lebih kekal, sudah siap menantimu, dan itu yang terbaik bagi diriku”. Kawan, jika kita ikhlas meninggalkan perkara duniawi yang buruk demi berjalan menuju jalan Allah, yakinlah Allah telah siapkan rencana terindah untuk kita di depan sana.  Jemputlah takdir itu dengan ketaatan kepadaNya.  Masya Allah, ketika semua itu saya lakukan Lillah karena Allah, Allah angkat semua luka, penyakit, derita yang saya alami itu dengan sekejab juga. Sungguh begitu cintaNya Allah kepada hambanya. Allahu Akbar.


Perjalanan hijrahku kumulai dengan jalan mengindahkan dan melengkapi sholat 5 waktu dengan sholat-sholat sunnah lainnya. Lalu menutup aurat secara sempurrna. Karena menutup aurat adalah perkara kewajiban bagi setiap muslimah yang sudah baligh. Bahkan jika seorang muslimah enggan untuk menutup auratnya, sama halnya ia ikut menyeret saudara laki-lakinya ke neraka (naudzubillah). Jika kita cinta Ayah kita, adik laki-laki, atau kakak laki-laki, apakah kita rela melihat mereka terseret dengan kita ke neraka Allah karena perbuatan kita sendiri?. Jika “tidak”, maka merenunglah hal apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan mereka.

Berangsur-angsur kehidupanku terasa sangat indah. Allah benar-benar menggantinya dengan kebahagiaan yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Semua perkara kehidupanku dimudahkan oleh Allah, hubunganku dengan teman-teman sebayaku jadi lebih dekat, semua terlihat begitu menyenangkan. Ketika dalam hati kita, sudah mantap dan yakin akan kekuasaan Allah jangan pernah ada niat untuk melepasnya. Perlu kita ketahui bahwa perkara baik pun banyak juga orang yang menyeselisihkannya. Hijrahku, hijrahmu mungkin tidak berjalan mulus. Terpaan angin sana sini membuat kita harus lebih berhati-hati. 

Celoteh banyak orang, jangan sampai buat kita gemetar. Allah bersama kita, Allah memeluk kita dengan erat  Allah mencintai kita. Tak ada hal apapun yang bisa menandingi rasa cinta Allah kepada hambanya. Kita telah terbangun dari ketertiduran yang gelap dan mungkin amat gelap hingga mata hati tak mampu menggapai cahaya. Kita telah rasakan kehangatan cintaNya. Kita tak boleh rela jika kawan-kawan kita di sana membuat kita lengah dengan apa yang telah kita dapatkan selama ini. Kita harus bisa menjadi pengaruh baik untuk mereka, kita yang mempengaruhi mereka dengan keindahan ini bukan mereka yang mempengaruhi kita dengan kelalaian. Hidup hanyalah sekali, apa akan kalian habiskan sisa hidup ini hanya untuk bersenang senang? Mungkin bahagia dunia akan kalian genggam, tapi sungguh kalian melupakan perkara akhirat. Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi, penyesalan akan datang bagi mereka yang merugi.

Sedikit cerita tentang hijrahku, tetap semangat dengan perjalanan hijrah kalian kawan. Mantapkan niat hanya karena Allah, jangan lupa selalu selipkan doa “Ya Allah, berilah kami keistiqomahan dalam perjalanan ini, dan iznkan orang-orang disekitar kami untuk mengambil hidayahmu dan kembali kepada kasih sayangMu, Ya Allah cintailah kami.. Aamiin”.


                                                                                                            -NMS-


EmoticonEmoticon