Sunday, January 7, 2018

Naskah Orasi di Depan Calon Mahasiswa

Assalamu’alaykum Wr Wb
Assalamu’alaykum Wr Wb
SMAPTA!
Ribuan tahun lalu ada seorang pemuda yang memiliki tekad mempersatukan nusantara di bawah satu bendera panji Majapahit. Semua pelajar kita tahu siapa namanya. Gajah Mada. Seorang pemuda yang menjadi pemimpin pasukan Bhayangkara di zamannya memiliki visi jauh ke depan. “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.” Yang kemudian dijadikan pegangan bagi segenap rakyat Indonesia setelah merdeka.
Bayangkan jauh di zaman itu orang-orangnya telah memahami keadaan bangsanya untuk kemudian menyusun strategi mempersatukan semua golongan. Lantas apa yang terjadi di zaman kita dewasa ini seharusnya sudah cukup menyentakkan kesadaran. “Apa yang sudah saya berikan untuk bangsa ini atas kesegaran air yang diberikan sebagai penghidupan, atas sinar matahari yang membuat bangsa lain berdatangan kemari, atas tanah yang katanya secuil turunan surga, atas seluruh kekayaan alamnya yang seperti gadis seksi dan membuat Indonesia diincar bangsa-bangsa asing.” Jangan menutup mata, bekas kejayaannya ada di bumi tempat kita semua berpijak hari ini. Kediri.
Pernahkah kawan-kawan di sini bersedih, tiba-tiba insomnia ketika mendengar emas-emas kita yang terbaik di dunia diambil oleh orang asing sedangkan masyarakat di sekitarnya masih terbelakang dalam pendidikan dan kesejahteraan. Pernahkah kawan-kawan merasa marah setiap hari terjebak kemacetan sementara cuaca dan udaranya panas, pengap, penuh polusi lalu berpikir keras jalan keluar model apa yang dapat aku sumbangkan untuk menyelesaikan keruwetan jalanan? Dan pernahkah kawan-kawan bingung kesana-kemari mencari referensi untuk mencarikan solusi atas pertikaian-pertikaian yang tercipta akibat berebut rupiah di panggung politik? Semuanya akan mulai terasa pada saat kita menjadi mahasiswa.
Jika ada Bapak Ibu di jajaran akademik mengatakan ‘belajar yang rajin saja ya nak, jangan macam-macam.’ Maka dengan lembut mari kita iyakan ‘iya Bapak/Ibu. Kami tentu akan belajar memahami realitas, membaca lebih banyak buku untuk mencari jawaban atas kebingungan-kebingungan mengapa kehidupan memberikan banyak sekali permasalahan.’ Menjadi maha dari sekian tingkat jenjang sekolah formal akan memberimu rasa lega sekaligus syukur. Bukan untuk dipamerkan karena sudah memiliki almamater bergengsi. Bukan. Ini semua adalah babak dimana pengabdian dimulai.
Turut bersedih ketika mendengar wacana baru dilontarkan oleh pemerintah setiap tahunnya. Beberapa diantaranya direalisasikan kepada anak-anak kelas 3SMA yang hendak masuk ke perguruan tinggi. Jika saat ini yang jurusannya IPA benar-benar dilarang masuk ke perguruan tinggi lintas jurusan maka dengan kasih sayang kami jelaskan kondisinya kepada adik-adik.
Indonesia, melalui Wakil Presiden HM Jusuf Kalla, pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) tahun 2015, berkomitmen ikut agenda pembangunan global pada kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal/SDG). Kerangka itu ialah perpanjangan program Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goal/MDG) yang selesai tahun 2015 lalu.
Indonesia kita sudah terlambat 8-10 tahun dalam pelaksanaan MDG, sehingga belum mampu mencapai target 19 indikator dari 67 indikator MDG. Indikator yang tidak tercapai antara lain mengurangi penduduk miskin, menekan kematian ibu melahirkan dan meminimalkan jumlah balita bergizi kurang. Sebagian besar dari indikator di atas ada dalam sektor kesehatan, namun dipicu berbagai sektor lain seperti pendidikan, sanitasi dan keterbatasan infrastruktur. Kegagalan pencapaian target MDG juga disebabkan kurang dilibatkannya kelompok masyarakat sipil dan dunia usaha. Data ini diambil dari Kompas tahun 2016.
Jadi kami sendiri yang sudah duduk di perguruan tinggi pun berharap adik-adik menjadi generasi pencetus inovasi solutif, bukan hanya mengomentari. Sering ada intermezo di kalangan kami sendiri. Tanpa menyepelekan anak IPS karena saya sendiri juga IPS katanya negeri ini sudah terlalu banyak lulusan IPS. Itu mengapa lebih banyak penduduk berkomentar daripada memberi jawaban dari problem sosial. Kita butuh lebih banyak pengembang teknologi, arsitek, dokter, dan berbagai disiplin ilmu dalam rumpun alam dan teknologi untuk menjadikan Kediri semetro Jakarta, sesejuk Malang, seromantis Bandung. Nanti jika sudah di perguruan tinggi, adik-adik tidak akan sempat mengeluh lagi karena semua ini realitas yang harus dihadapi.
Silahkan adik-adik nanti tanyakan kepada kakak-kakak yang ada di sini. Apakah pernah mendengar dosennya menjelaskan tentang kebutuhan Indonesia. Visi  rencana pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025 adalah Indonesia yang maju, adil, dan makmur. Memang hanya 3 kata saja, tapi usaha mewujudkannya memerlukan kerjasama dari semua pihak  termasuk kaum muda. Dan kaum muda yang banyak menjadi tumpuan adalah mahasiswa. Kenapa? Selain karena memang semangat  muda biasanya menggebu-gebu untuk merubah dan memperbarui kondisi yang membosankan. Mahasiswa adalah golongan muda yang punya intelektualitas, yang jumlahnya pun mengerikan bila bersatu, dan kita datang berbagai disiplin ilmu kebutuhan negara serta tersebar di berbagai wilayah negara ini.
Adik-adikku, ada saatnya dimana keluhan-keluhan kita kepada pemerintah yang terlihat semakin mempersulit, merepotkan akan berganti menjadi ucapan ‘Oke, saya sadar keadaannya dan saya siap jadi agen perubahan itu.’ Tidak rindukah kita semua pada cerita ayah bunda, kakek nenek tentang betapa dulu Indonesia dapat menjadi macan Asia, diplomatnya disegani di kancah internasional, berasnya kita swasembada. Sekarang? Jangankan beras swasembada malah muncul beras plastik, impor garam sampai tenaga kuli saja kita impor dari asing. Di bangku perkuliahan ketika nanti kita sudah menyandang gelar ‘mahasiswa’ perlahan-lahan kita akan mengerti mengapa semua hal itu terjadi. Sehingga kita tidak sempat menyalahkan pemerintah atau pihak tertentu atas kondisi yang terjadi.
Iklim mahasiswa adalah iklim ilmiah. Selamat datang di dunia penuh dinamika dan hampir segalanya dapat dijelaskan. Ketika nanti jam tidur mulai berkurang terus menerus demi  tugas-tugas kuliah, demi meneliti kasus baru, demi mengutak-atik barang di laboratorium mohon tutup mulut supaya tidak terus terusan mengeluh. Anggap saja ini semua demi balas jasa kepada tanah air kita. Atas seringnya cengingisan kita saat upacara hari Senin sepanjang 12 tahun padahal pemuda pendahulu kita rela bertikai dengan golongan tua serta menghadapi militer asing beberapa negara hanya demi mengatakan satu kalimat ajaib “Indonesia merdeka dan berdaulat.”
Merdeka!
Jangan sampai kemudian kita acuh terhadap kondisi bangsa ini. Jangan sampai kita jadi manusia yang tidak tahu diri, tidak tahu diuntung. Setiap hari menghirup udara hasil pohonnya Indonesia tapi enggan terlibat memperbaiki tatanan kehidupannya malah merusak. Kontribusi tidak selalu harus berdampak besar langsung saat itu juga. Satu per satu, selangkah demi selangkah. Kita mulai dari  diri sendiri. Sikap, manajemen waktu, manajemen hati, manajemen hidup yang visioner yang sudah tahu satu-tiga-lima-sepuluh tahun ke depan akan menjadi manusia seperti apa.
Coba di sini adik-adik siapa yang sudah punya rancangan mau kuliah dimana? Angkat tangan!
Yang sudah pasti kerja!
Yang sudah yakin dengan cita-citanya akan menjadi apa, dimana dan kapan?
Yak. Kami ucapkan selamat datang di dunia mahasiswa. Di mana bila kita enggan keluar dari zona nyaman semasa kuliah, hanya pulang pergi kuliah-mall-cafe saja maka bersiaplah menjadi onggokan pengangguran. Kecuali jika Tuhan berbaik hati menjodohkan kita dengan pasangan mapan. Itupun tidak menjamin. Bagi adik-adik yang memilih kuliah di jurusan berprospek menjanjikan ‘katanya’, hari ini kami katakan. Jaminan itu jadikan motivasi saja. Jika pasar membutuhkan lulusan jurusan itu dan siap menggaji tinggi maka bukalah pikiran kalian, pasti bukan hanya kalian saja yang tergiur mendapatkan posisi tertentu tersebut. And welcome to the jungle.
Dunia pekerjaan kejam, akan ada saatnya kita terpaksa menjegal teman sendiri demi sebuah posisi. Maka persiapkan amunisimu lebih dini. Mari mengambil peran, mari menjadi generasi intelektual yang bukan hanya mencaci tapi juga memberi solusi. Jika berkeras tidak mau terlibat maka kita tidak pantas marah saat koruptor sekelas Setya Novanto semakin menjadi-jadi, atau tanah lapang semakin sempit, beras semakin mahal, biaya sekolah bertambah, dan pada akhirnya tibalah di zaman umur matang tapi nikah menjadi barang mewah. Jangan salahkan keadaan karena pengutukanmu tidak akan merubah apapun. Lebih baik mari kita akhiri dengan menyanyikan lagu wajib mahasiswa yang melegenda. Totalitas Perjuangan. Semoga Tuhan meridhoi niat baik kita dalam memilih perkuliahan.
 Wassalamu’alaykum Wr Wb


EmoticonEmoticon