Assalamu’alaykum
Wr Wb
Assalamu’alaykum
Wr Wb
SMAPTA!
Ribuan
tahun lalu ada seorang pemuda yang memiliki tekad mempersatukan nusantara di
bawah satu bendera panji Majapahit. Semua pelajar kita tahu siapa namanya.
Gajah Mada. Seorang pemuda yang menjadi pemimpin pasukan Bhayangkara di
zamannya memiliki visi jauh ke depan. “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrwa.” Yang kemudian dijadikan pegangan bagi segenap rakyat Indonesia
setelah merdeka.
Bayangkan
jauh di zaman itu orang-orangnya telah memahami keadaan bangsanya untuk
kemudian menyusun strategi mempersatukan semua golongan. Lantas apa yang
terjadi di zaman kita dewasa ini seharusnya sudah cukup menyentakkan kesadaran.
“Apa yang sudah saya berikan untuk bangsa ini atas kesegaran air yang diberikan
sebagai penghidupan, atas sinar matahari yang membuat bangsa lain berdatangan
kemari, atas tanah yang katanya secuil turunan surga, atas seluruh kekayaan
alamnya yang seperti gadis seksi dan membuat Indonesia diincar bangsa-bangsa
asing.” Jangan menutup mata, bekas kejayaannya ada di bumi tempat kita semua
berpijak hari ini. Kediri.
Pernahkah
kawan-kawan di sini bersedih, tiba-tiba insomnia ketika mendengar emas-emas
kita yang terbaik di dunia diambil oleh orang asing sedangkan masyarakat di
sekitarnya masih terbelakang dalam pendidikan dan kesejahteraan. Pernahkah
kawan-kawan merasa marah setiap hari terjebak kemacetan sementara cuaca dan
udaranya panas, pengap, penuh polusi lalu berpikir keras jalan keluar model apa
yang dapat aku sumbangkan untuk menyelesaikan keruwetan jalanan? Dan pernahkah
kawan-kawan bingung kesana-kemari mencari referensi untuk mencarikan solusi
atas pertikaian-pertikaian yang tercipta akibat berebut rupiah di panggung
politik? Semuanya akan mulai terasa pada saat kita menjadi mahasiswa.
Jika
ada Bapak Ibu di jajaran akademik mengatakan ‘belajar yang rajin saja ya nak,
jangan macam-macam.’ Maka dengan lembut mari kita iyakan ‘iya Bapak/Ibu. Kami
tentu akan belajar memahami realitas, membaca lebih banyak buku untuk mencari
jawaban atas kebingungan-kebingungan mengapa kehidupan memberikan banyak sekali
permasalahan.’ Menjadi maha dari sekian tingkat jenjang sekolah formal akan
memberimu rasa lega sekaligus syukur. Bukan untuk dipamerkan karena sudah
memiliki almamater bergengsi. Bukan. Ini semua adalah babak dimana pengabdian
dimulai.
Turut
bersedih ketika mendengar wacana baru dilontarkan oleh pemerintah setiap
tahunnya. Beberapa diantaranya direalisasikan kepada anak-anak kelas 3SMA yang
hendak masuk ke perguruan tinggi. Jika saat ini yang jurusannya IPA benar-benar
dilarang masuk ke perguruan tinggi lintas jurusan maka dengan kasih sayang kami
jelaskan kondisinya kepada adik-adik.
Indonesia,
melalui Wakil Presiden HM Jusuf Kalla, pada Sidang Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa(PBB) tahun 2015, berkomitmen ikut agenda pembangunan global pada kerangka
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal/SDG). Kerangka
itu ialah perpanjangan program Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium
Development Goal/MDG) yang selesai tahun 2015 lalu.
Indonesia
kita sudah terlambat 8-10 tahun dalam pelaksanaan MDG, sehingga belum mampu
mencapai target 19 indikator dari 67 indikator MDG. Indikator yang tidak
tercapai antara lain mengurangi penduduk miskin, menekan kematian ibu
melahirkan dan meminimalkan jumlah balita bergizi kurang. Sebagian besar dari
indikator di atas ada dalam sektor kesehatan, namun dipicu berbagai sektor lain
seperti pendidikan, sanitasi dan keterbatasan infrastruktur. Kegagalan
pencapaian target MDG juga disebabkan kurang dilibatkannya kelompok masyarakat
sipil dan dunia usaha. Data ini diambil dari Kompas tahun 2016.
Jadi
kami sendiri yang sudah duduk di perguruan tinggi pun berharap adik-adik
menjadi generasi pencetus inovasi solutif, bukan hanya mengomentari. Sering ada
intermezo di kalangan kami sendiri. Tanpa menyepelekan anak IPS karena saya
sendiri juga IPS katanya negeri ini sudah terlalu banyak lulusan IPS. Itu
mengapa lebih banyak penduduk berkomentar daripada memberi jawaban dari problem
sosial. Kita butuh lebih banyak pengembang teknologi, arsitek, dokter, dan
berbagai disiplin ilmu dalam rumpun alam dan teknologi untuk menjadikan Kediri
semetro Jakarta, sesejuk Malang, seromantis Bandung. Nanti jika sudah di
perguruan tinggi, adik-adik tidak akan sempat mengeluh lagi karena semua ini
realitas yang harus dihadapi.
Silahkan
adik-adik nanti tanyakan kepada kakak-kakak yang ada di sini. Apakah pernah
mendengar dosennya menjelaskan tentang kebutuhan Indonesia. Visi rencana pembangunan jangka panjang nasional
2005-2025 adalah Indonesia yang maju, adil, dan makmur. Memang hanya 3 kata
saja, tapi usaha mewujudkannya memerlukan kerjasama dari semua pihak termasuk kaum muda. Dan kaum muda yang banyak
menjadi tumpuan adalah mahasiswa. Kenapa? Selain karena memang semangat muda biasanya menggebu-gebu untuk merubah dan
memperbarui kondisi yang membosankan. Mahasiswa adalah golongan muda yang punya
intelektualitas, yang jumlahnya pun mengerikan bila bersatu, dan kita datang
berbagai disiplin ilmu kebutuhan negara serta tersebar di berbagai wilayah
negara ini.
Adik-adikku,
ada saatnya dimana keluhan-keluhan kita kepada pemerintah yang terlihat semakin
mempersulit, merepotkan akan berganti menjadi ucapan ‘Oke, saya sadar
keadaannya dan saya siap jadi agen perubahan itu.’ Tidak rindukah kita semua
pada cerita ayah bunda, kakek nenek tentang betapa dulu Indonesia dapat menjadi
macan Asia, diplomatnya disegani di kancah internasional, berasnya kita
swasembada. Sekarang? Jangankan beras swasembada malah muncul beras plastik,
impor garam sampai tenaga kuli saja kita impor dari asing. Di bangku
perkuliahan ketika nanti kita sudah menyandang gelar ‘mahasiswa’ perlahan-lahan
kita akan mengerti mengapa semua hal itu terjadi. Sehingga kita tidak sempat menyalahkan
pemerintah atau pihak tertentu atas kondisi yang terjadi.
Iklim
mahasiswa adalah iklim ilmiah. Selamat datang di dunia penuh dinamika dan
hampir segalanya dapat dijelaskan. Ketika nanti jam tidur mulai berkurang terus
menerus demi tugas-tugas kuliah, demi
meneliti kasus baru, demi mengutak-atik barang di laboratorium mohon tutup mulut
supaya tidak terus terusan mengeluh. Anggap saja ini semua demi balas jasa
kepada tanah air kita. Atas seringnya cengingisan kita saat upacara hari Senin
sepanjang 12 tahun padahal pemuda pendahulu kita rela bertikai dengan golongan
tua serta menghadapi militer asing beberapa negara hanya demi mengatakan satu
kalimat ajaib “Indonesia merdeka dan berdaulat.”
Merdeka!
Jangan
sampai kemudian kita acuh terhadap kondisi bangsa ini. Jangan sampai kita jadi
manusia yang tidak tahu diri, tidak tahu diuntung. Setiap hari menghirup udara
hasil pohonnya Indonesia tapi enggan terlibat memperbaiki tatanan kehidupannya
malah merusak. Kontribusi tidak selalu harus berdampak besar langsung saat itu
juga. Satu per satu, selangkah demi selangkah. Kita mulai dari diri sendiri. Sikap, manajemen waktu,
manajemen hati, manajemen hidup yang visioner yang sudah tahu
satu-tiga-lima-sepuluh tahun ke depan akan menjadi manusia seperti apa.
Coba
di sini adik-adik siapa yang sudah punya rancangan mau kuliah dimana? Angkat
tangan!
Yang
sudah pasti kerja!
Yang
sudah yakin dengan cita-citanya akan menjadi apa, dimana dan kapan?
Yak.
Kami ucapkan selamat datang di dunia mahasiswa. Di mana bila kita enggan keluar
dari zona nyaman semasa kuliah, hanya pulang pergi kuliah-mall-cafe saja maka
bersiaplah menjadi onggokan pengangguran. Kecuali jika Tuhan berbaik hati
menjodohkan kita dengan pasangan mapan. Itupun tidak menjamin. Bagi adik-adik
yang memilih kuliah di jurusan berprospek menjanjikan ‘katanya’, hari ini kami
katakan. Jaminan itu jadikan motivasi saja. Jika pasar membutuhkan lulusan
jurusan itu dan siap menggaji tinggi maka bukalah pikiran kalian, pasti bukan
hanya kalian saja yang tergiur mendapatkan posisi tertentu tersebut. And
welcome to the jungle.
Dunia
pekerjaan kejam, akan ada saatnya kita terpaksa menjegal teman sendiri demi
sebuah posisi. Maka persiapkan amunisimu lebih dini. Mari mengambil peran, mari
menjadi generasi intelektual yang bukan hanya mencaci tapi juga memberi solusi.
Jika berkeras tidak mau terlibat maka kita tidak pantas marah saat koruptor
sekelas Setya Novanto semakin menjadi-jadi, atau tanah lapang semakin sempit,
beras semakin mahal, biaya sekolah bertambah, dan pada akhirnya tibalah di
zaman umur matang tapi nikah menjadi barang mewah. Jangan salahkan keadaan
karena pengutukanmu tidak akan merubah apapun. Lebih baik mari kita akhiri
dengan menyanyikan lagu wajib mahasiswa yang melegenda. Totalitas Perjuangan.
Semoga Tuhan meridhoi niat baik kita dalam memilih perkuliahan.
Wassalamu’alaykum Wr Wb
EmoticonEmoticon