Berawal dari rasa
ketidakadilan, dan kegundahan siang malam yang membuat saya melangkah untuk
hijrah. Rasa ragu akan jalan yang saya ambil untuk menghabiskan waktu dunia.
Keinginan untuk terus bahagia, foya-foya tanpa ingat akan pemberian siapa
kebahagian ini. Iya, Allah subhanahu wa ta’ala yang berikan ini semua. Tapi
apalah daya, saat itu hati masih tertutup mendung untuk mendekati-Nya. Semua
kebahagiaan yang saya dapatkan dalam sekejab hilang di depan mata, ketika saya
harus menyadari bahwa saya menderita suatu penyakit. Inilah kisah perjalanan
hijrahku, yang akan kubagi bersama teman-teman sahabat hijrah.
Siapa yang tak ingin
hidup bahagia?. Hanya orang gila yang menginginkan hidup sengsara di dunia.
Sehingga, tak perlu heran jika banyak
orang rela menghabiskan uang, waktu, dan tenaga demi meraih kebahagiaan
semu. Kenapa saya menyebutnya
kebahagiaan semu?. Karena sesuatu itu tidak ada yang abadi, roda kehidupan akan
terus berputar, suatu ketika kita bisa dibilang kaya tapi sekejap mata kita
juga bisa melarat. Sungguh hanya Allahlah yang kekal abadi selamanya. Setiap
manusia, juga ingin berbagi kebahagiaan bersama orang lain. Entah itu sahabat,
keluarga, bahkan special someone atau dengan kata lain “pacar”.
Zaman sekarang, siapa
yang tak kenal istilah “pacar”?. Sebagian orang menganggapnya saru bahkan tidak
etis tapi kebanyakan orang menganggapnya BIASA. Sudah bukan rahasia lagi,
wanita dan laki-laki bedua kelayapan kesana kemari dengan andil ingin mencari
kebahagiaan. Sama halnya dengan diriku, aku juga pernah seperti itu. Pernah
selalu ingin merasa bahagia bersama seakan dunia milik berdua, yang lain
numpang. Saling menjaga keharmonisan hubungan dengan ini itu. Merasa bangga
dengan dia yang selalu ada untuk kita disaat senang atau sedih, bahagia atau
susah, sungguh bangga sekali. Seaakan akan dia sosok yang sangat kita
agung-agungkan, ketika dia marah kita sangat kebingungan bagaimana agar si dia
tidak marah lagi dengan kita. Sungguh syukur Alhamdulillah, Allah subhanahu wa
ta’ala memperingatkan saya dengan tegas, hingga rasanya saampai menusuk tulang,
dan seakan saya kehilangan semua hal yang sudah saya bangun dibelakang.
Allah memberikan saya sebuah
penyakit, yang jarang dikalangan kaum hawa. Hal itu sontak membuat saya down,
kebahagiaan saya hilang seketika, kenapa hal ini bisa terjadi pada saya, apa
salahku ya Allah, Kau tak adil denganku, Kau ambil semua kebahagiaanku,
sekarang hari-hariku hanya gelisah, sedih, dan meratap, Ya Allah sungguh salah
apa aku ini?. Itu kata-kata terburuk yang saya lontarkan ketika mendapatkan
cobaan tersebut. Tapi justru itu langkah awal saya untuk hijrah meinggalkan
hal-hal buruk dalam hidup, meninggalkan sesuatu yang lezat membutakan dalam
sebuah kehidupan. Perlahan lahan, Alhamdulillah saya bisa menerima semua
ketentuan Allah, bersama keluarga tercinta yang selalu mendukung saya untuk
selalu menjadi wanita yang kuat.
Ketika itu, saya
memutuskan untuk meninggalkan gemerlapnya dunia fana, kutinggalkan dia yang
kusebut special someone, berhenti untuk merusak diri sendiri dengan hal tak
bermanfaat. Semua itu, karena Allah. Allah telah mengajak saya ke jalan yang
benar. Allah inginkan saya menjadi orang yang bahagia dengan cara yang baik
melalui jalanNya. Berat memang ketika kita harus meninggalkan kebiasaan yang
sudah lama kita jalani.
Tapi, Allah meyakinkan saya bahwa “Akan ada kebahagiaan
di depan sana yang jauh lebih kekal, sudah siap menantimu, dan itu yang terbaik
bagi diriku”. Kawan, jika kita ikhlas meninggalkan perkara duniawi yang buruk
demi berjalan menuju jalan Allah, yakinlah Allah telah siapkan rencana terindah
untuk kita di depan sana. Jemputlah
takdir itu dengan ketaatan kepadaNya.
Masya Allah, ketika semua itu saya lakukan Lillah karena Allah, Allah angkat
semua luka, penyakit, derita yang saya alami itu dengan sekejab juga. Sungguh
begitu cintaNya Allah kepada hambanya. Allahu Akbar.
Perjalanan hijrahku
kumulai dengan jalan mengindahkan dan melengkapi sholat 5 waktu dengan
sholat-sholat sunnah lainnya. Lalu menutup aurat secara sempurrna. Karena
menutup aurat adalah perkara kewajiban bagi setiap muslimah yang sudah baligh.
Bahkan jika seorang muslimah enggan untuk menutup auratnya, sama halnya ia ikut
menyeret saudara laki-lakinya ke neraka (naudzubillah). Jika kita cinta Ayah
kita, adik laki-laki, atau kakak laki-laki, apakah kita rela melihat mereka
terseret dengan kita ke neraka Allah karena perbuatan kita sendiri?. Jika
“tidak”, maka merenunglah hal apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan
mereka.
Berangsur-angsur
kehidupanku terasa sangat indah. Allah benar-benar menggantinya dengan
kebahagiaan yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Semua perkara
kehidupanku dimudahkan oleh Allah, hubunganku dengan teman-teman sebayaku jadi
lebih dekat, semua terlihat begitu menyenangkan. Ketika dalam hati kita, sudah
mantap dan yakin akan kekuasaan Allah jangan pernah ada niat untuk melepasnya.
Perlu kita ketahui bahwa perkara baik pun banyak juga orang yang
menyeselisihkannya. Hijrahku, hijrahmu mungkin tidak berjalan mulus. Terpaan
angin sana sini membuat kita harus lebih berhati-hati.
Celoteh banyak orang,
jangan sampai buat kita gemetar. Allah bersama kita, Allah memeluk kita dengan
erat Allah mencintai kita. Tak ada hal
apapun yang bisa menandingi rasa cinta Allah kepada hambanya. Kita telah terbangun
dari ketertiduran yang gelap dan mungkin amat gelap hingga mata hati tak mampu
menggapai cahaya. Kita telah rasakan kehangatan cintaNya. Kita tak boleh rela
jika kawan-kawan kita di sana membuat kita lengah dengan apa yang telah kita
dapatkan selama ini. Kita harus bisa menjadi pengaruh baik untuk mereka, kita
yang mempengaruhi mereka dengan keindahan ini bukan mereka yang mempengaruhi
kita dengan kelalaian. Hidup hanyalah sekali, apa akan kalian habiskan sisa
hidup ini hanya untuk bersenang senang? Mungkin bahagia dunia akan kalian genggam,
tapi sungguh kalian melupakan perkara akhirat. Jangan sampai kita menjadi orang
yang merugi, penyesalan akan datang bagi mereka yang merugi.
Sedikit cerita tentang
hijrahku, tetap semangat dengan perjalanan hijrah kalian kawan. Mantapkan niat
hanya karena Allah, jangan lupa selalu selipkan doa “Ya
Allah, berilah kami keistiqomahan dalam perjalanan ini, dan iznkan orang-orang
disekitar kami untuk mengambil hidayahmu dan kembali kepada kasih sayangMu, Ya
Allah cintailah kami.. Aamiin”.
-NMS-
EmoticonEmoticon