“Don’t
Judge people by the cover”
Ungkapan
di atas seharusnya tidak hanya diterapkan bagi mereka yang covernya berantakan,
tidak tertata, kucel bahkan tanpa bentuk. Demi sebuah satu kata, keadilan.
Harusnya tidak menilai orang dari sampulnya saja juga diterapkan ketika kita
melihat seseorang yang terlihat berperilaku anggun dengan pakaian serba
tertutup membalut seluruh badan.
Nilai-nilai
kesopanan, kedalaman ilmu pengetahuan dan cap sebagai orang berkualitas banyak
menjadi anggapan saat yang kita temui memang orang berpembawaan bagus dibarengi
omongan berbobot. Dalam artikel kali ini aku hanya ingin menegaskan tidak semua
orang baik itu benar. Kamu harus percaya benar itu mutlak, sedangkan baik
relatif.
Artikel
ini ditulis setelah 3 hari terakhir aku sendiri merasa ada keganjalan ketika
orang-orang yang mengaku mengajak orang pada kebaikan atau dalam Islam menyeru
kepada Allah alias berdakwah menjatuhkan penilaian bahkan sebelum kita sempat
bercerita mengapa dan bagaimana kita bisa melakukan suatu hal buruk.
Sebelumnya,
aku kutip dulu ayat Qur’an yang membuat kita semua sadar bahwa dakwah adalah
sebuah tugas wajib seorang mukmin, bukan segelintir orang yang dianggap berilmu
saja. “Dan hendaklah di antara
kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat)
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung. [Ali ‘Imrân/3:104]”
Foto 1. Muslimah dalam Majelis Ilmu |
Penyebabnya sederhana. Karena ingin beruntung makanya setiap orang berhak
mengejar tiket ke surga masing-masing. Mau cuma hafal al fatihah doang terus
diajarin ke anak-anak kecil di sekitar rumahnya atau sudah jadi hafidz qur’an
dan mengajar di sebuah pesantren semua sama. Kan dalilnya sampaikanlah walau
satu ayat saja to.
Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allâh, dan mengerjakan
kebajikan dan berkata, ‘Sungguh aku termasuk orang-orang Muslim (yang berserah
diri).’ [Fushshilat/41:33]
Masalahnya sekarang, aku merasa para pendakwah muda yang tengah digodok di dalam candradimuka kampus lupa bahwa seharusnya dakwah atau mengajak pada kebaikan ini orientasinya Allah SWT, bukan organisasinya apalagi dirinya sendiri.
Masalahnya sekarang, aku merasa para pendakwah muda yang tengah digodok di dalam candradimuka kampus lupa bahwa seharusnya dakwah atau mengajak pada kebaikan ini orientasinya Allah SWT, bukan organisasinya apalagi dirinya sendiri.
Aku sendiri merasakan
sebalnya ketika setiap kali diajak kebaikan pada ujungnya adalah promosi
organisasi tertentu. Sebenarnya tidak ada yang salah, namun kemudian ijinkan
aku mengutarakan isi hati. Bolehkah aku yang newbie dalam dunia dakwah ini menanyakan apakah benar seruan dakwah
ini sudah menyeru Allah sebagaimana dua Firman-Nya tadi atau belum? Apalagi
marah kalau yang diajak belum mau.
Sharing pengalaman
pribadi saja. Aku sadar telah membuat banyak orang patah hati karena sering
mengikuti kajian golongan tertentu bahkan hidup di tengah-tengah mereka tapi
pada akhirnya memilih mengikuti organisasi rival mereka. Kecewa? Orang-orang
itu mengakui kecewa berat, tapi aku tidak peduli. Life isn’t your slave, so just stay calm when life being horrific.
Ada alasan yang perlu
kamu tahu mengapa aku tidak merasa bersalah mengumumkan pilihan ini kepada
mereka. Ibarat kata, kamu ramah dan sudah sangat dekat dengan seorang teman
lawan jenis tapi niat sebenarnya memang nyaman berkawan, berdiskusi, jalan
bareng, sementara dianya merasa kamu serius. Suatu hari kamu mengumumkan ke
semua orang kalau kamu akan menikah dan itu tidak dengan teman dekatmu tadi.
Bayangkan saja bagaimana rasa kagetnya.
“Masak kamu nggak tertarik
sih ditawarin surga?”
Hey guys, netizen yang
setia menyimak ceritaku. Menurutmu untuk apa manusia tetap mengaku beragama
meskipun sadar tidak menjalankan perintah agama sepenuhnya? Bukankah ampunan
Tuhan dan akhirnya masuk surga? Apa yang salah dengan mengharapkan surga? Kalau
kamu tidak setuju jawabanku yasudah, J Tapi inget ini dulu.
Orang-orang yang mereka seru itu,
mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang
lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan
rahmat-Nya (yaitu surga) dan takut akan azab-Nya (yaitu neraka); Sesungguhnya
azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS Al-Israa’ : 57)
Problem lagi, sebagai
target dakwah sekarang aku ingin mengatakan sesuatu.
Teruntuk para pendakwah
muda yang mengaku perindu surga:
Apabila seorang
perempuan dengan aurat terbuka diam di dekat majelismu, hampirilah. Bisa jadi
dia sebenarnya sangat ingin bertaubat tapi belum tahu darimana memulainya.
Setiap manusia memiliki masa kelam sekaligus fase menyesal secara alami. Jangan
dikira para penjahat di luar sana bengisnya sepanjang waktu. Mereka pasti punya
waktu tertentu merasa tidak puas dengan hidupnya selama ini, tapi tetap menjaga
image karena terlanjur dicap sebagai
raja ini itu, terkenal sebagai anak begini begitu.
Apakah kamu beriman
kepada 25 Nabi dan Rasul? Kalau iya lalu mengapa tiba-tiba lupa pada kisah Nabi
Musa as yang ditegur langsung oleh Malaikat Jibril as setelah menolak, marah
dan mengusir seorang mantan pezina yang datang kepada beliau.
Ketepatan aku ini
seorang perempuan. Oke, perempuan memang ditakdirkan lahir dengan 9 perasaan
dan 1 akal, jadi aku coba ada di posisi pezina ini. Aku datang ke seseorang
yang dianggap manusia paling dekat pada Ilahi pada zamannya demi sebuah ampunan.
Maunya sih Nabi Musa yang memberi rekomendasi artinya memintakan langsung pada
Allah supaya berkenan mengampuni. Dateng baik-baik dengan isakan tangis karena
takut dosanya tidak diampuni.
Nabi Musa bilang Allah
itu Maha Pengampun, tapi sewaktu diceritakan dosanya berzina sekaligus membunuh
anak hasil hubungan gelap malah dimarahi dan diusir. Bisa bayangkan betapa
sulitnya di posisi si pezina? Setelah menyesali perbuatannya, ingin taubat
nasuha tapi dianggap sangat hina. That’s really terrible convicted and only
make her drowning deep. Padahal tadi bilangnya gapapa cerita aja, Allah Maha
Pengampun kok segede apapun dosamu. Plis itu nyakitin banget guys bagi seorang
perempuan. Udah sakit waktu ditinggalin pacar bejatnya, ngandung bayi yang
bikin sakit badan terus ngebunuh biar gak dikucilkan.
Apakah Allah Maha
Pengampun hanya slogan supaya manusia mau masuk agama ini? Tidak kan. Lantas
mengapa membiarkan bahkan menolak, menganggap mereka yang belum berhijab pasti tidak
berusaha memberi hidayah?
Hidayah kan dicari,
dikejar, diusahakan. Maka bantulah saudarimu mendapatkannya, jangan malah hanya
berpikir ‘ah, anak ini bacaannya aja masih novel receh, tontonannya drakor,
sulit kayaknya kalo ngajak dia kajian.’ Belum tentu.
Aku punya banyak temen
wanita yang masih belum istiqomah berhijab, pacaran, dll tapi bilang ‘kamu
kapan kajian lel? Kabari ya, aku pengen ikut tapi malu. Aku kan ya kayak gini
bajunya, terus masih suka ngeliatin rambut. Ya gimana dong, menurutku aku lebih
cantik gak pake hijab.’
Foto 2. Mengajak Kebaikan Meskipun Kita Sendiri Masih Mencari Kebenaran |
Dengarkan, dengarkan mereka. Rangkul, sabar, ajak lagi. Aku suka sekali
dengan cara Abu Qilabah Abdullah bin Yazid Al-Jurmi bahwa menyikapi orang-orang
yang sering dicap buruk bahkan sampah dalam kitab Al-Hilyah karya Abu Nu’aim
(II/285). “Apabila ada berita tentang tindakan saudaramu yang tidak kamu sukai,
maka berusaha keraslah mancarikan alasan untuknya. Apabila kamu tidak
mendapatkan alasan untuknya, maka katakanlah kepada dirimu sendiri, “Saya kira
saudaraku itu mempunyai alasan yang tepat sehingga melakukan perbuatan
tersebut”.
Betapa hidup kita tenang jika tidak terbebani pikiran tentang perilaku buruk orang. Oke, karena aku ini mahasiswa fakultas pendidikan, jadi sedikit menguak dari sisi keguruannya yak. Kalau di lingkungan kami ada yang namanya asesmen.
Dalam proses asesmen, tujuannya nanti memang menemukan solusi untuk
mengatasi permasalahan yang ada. Nah, sebelum memberi solusi, kita harus tahu
dulu penyebab masalah yang menimpa seorang anak. Mengapa dia melakukan hal
tersebut, bagaimana riwayat hidupnya, arah jalan lingkungan sampai bisa
mempengaruhinya, lalu seberapa kuat influencenya dan informasi mendetail lain
yang bisa mendukung.
Setelah mendapatkan semua informasi baru kita bisa memahami dan
memposisikan diri sebagai dia. Jadi nggak sampai berlebihan berburuk sangka ‘oh
anak ini loh, baca qur’an aja gak bisa, postingan Ignya sok hits di cafe-cafe
mulu sama cowok-cowok lagi.’ Siapa yang tahu sebelum tidurnya dia menangisi
semua dosa yang diperbuatnya, sementara kamu yang mengaku pendakwah bangga
sudah memposting kata bijak tapi membatasi diri pada mereka yang sudah
membuktikan diri berubah.
Hal konkret kecilnya sebagai contoh adalah kisahku sendiri. Dulu ketika aku
kajian kemana-mana pakai jilbab paris diselempangkan, baju seadanya, kadang
pakai make up kadang apa adanya. Mana ada yang ngajakin kenalan? Selalu aku
yang mendahului kenalan di forum kajian. Sampai sekarang cuma 2 orang doang
yang kuinget ramah nanya ‘mbak, namanya siapa’ lainnya flat, stay cool. Ya,
pikirku ‘ih sombong banget sih, mentang-mentang udah syar’i terus ramahnya ke
temen sesama syar’i doang. Yedahlah temenku masih banya, huh.’
Hey ukhti, akhi. Jangan berdakwah secara eksklusif begitu atau para
pendengarmu akan kabur sebelum kata-kata terakhir sempat kamu ucapkan. Hm,
kikuk juga sih manggil ukhti sama akhi. Tapi gapapa biar ada ala arab gitu,
negeri para anbiya’ J
Kalau masih menganggap yang setiap hari pakai jubah pasti udah rajin
mempelajari ilmu agama, ijinkan aku berpendapat kalau orang begini pikirannya
sempit. Bandingin aja sama nggak semua orang seksi itu cuma bisa make over.
Faktanya banyak perempuan pelopor yang cerdas dan solutif tampil dalam busana
seksi setiap harinya.
Foto 3. Setiap Muslimah Berhak Memperbaiki Diri |
Oh iya, kamu juga kudu tahu kasus yang na’udzubillah di daerahku, Kediri
beberapa waktu lalu. Jadi, ada seorang ibu berniqab dan berpakaian syar’i
begitu ditemukan sebagai mayat terlantar. Ternyata dia sudah lama dikenal syar’i
dan tertutup oleh tetangga.
Yang membuat terkejut adalah, ibu itu tadi sudah punya suami dan anaknya
dipondokkan di Jawa Tengah, di sebuah pondok sunnah berkualitas baik. Kamu tahu
siapa yang membunuhnya? Berdasarkan hasil visum dan kesaksian pelaku oleh
polisi, ibu ini dibunuh selingkuhannya setelah mereka cekcok di jalan saat akan
berhubungan intim ‘terlarang’ di sebuah hotel.
Wallahua’lam Bisshawab.
Tulisan ini tidak ditulis untuk menyudutkan orang atau golongan tertentu.
Marilah kita buka pikiran kita. Setiap orang berhak menjadi baik, dan kalaupun
ada yang masih bangga dengan kenakalannya sadarkan tanpa menyinggung atau pun
menyalahkan mereka.
Demi Allâh, bila Allâh memberi petunjuk (hidayah) lewat dirimu kepada satu
orang saja, lebih baik (berharga) bagimu daripada unta-unta yang merah.[5]
(Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu).
(Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu).
Bagaimana mau menjadi perantara hidayah kalau mendekat saja tidak mau,
malah terang-terangan menunjukkan penolakannya. Iya loh, setelah aku berpakaian
syar’i drastis mereka yang di kajian itu pada ngajak kenalan dan berubah ramah
banget, senyumnya uh sampai memperlihatkan gigi.
Maaf ya sedikit lebay, memang sebelumnya waktu ikut kajian dengan baju apa
adanya, tidak ada yang menegur ‘eh sayang, gimana kalo ganti style’ atau gimana
kek. Malah setiap sini ngajak berjabat tangan atau nyapa Cuma dilihat doang
atau senyum seadanya. Tapi kalau sama sesama teman mereka yang dari luarnya
sudah bagus sampai cipika cipiki. Ya, siapalah sini atuh, justru makin tambah
merasa tidak diterima dan tidak diinginkan to. Untungnya aku bukan orang yang
kaya gitu.
Masa bodo ajalah, mereka perlu dikasihani karena harus membebani pikiran
dan prasangka sendiri ke arah negatif. Padahal kenyataan belum bercerita
mengapa dan bagaimana. Jangan buru-buru menganggapku orang baik, karena aku
tidak ingin menjadi orang lain dalam berhijrah. Jangan hanya karena aku sudah
memakai gamis, handsock dan kaos kaki lalu kamu menerimaku sebagai teman.
Kemanakah Allah dan siapa yang sebenarnya kamu seru? Aku takut kamu kecewa
menjadi temanku, menjauh lagi setelah tahu ternyata aku masih punya banyak hobi
buruk yang kadang tak mendidik.
Referensi:
EmoticonEmoticon