Wednesday, August 9, 2017

Untukmu yang Merasa Keluarganya Sedang Tidak Baik-baik Saja


source: www.pixabay.com

Pernahkah kamu tersudut antara dua pilihan berat? Seperti harus mengatakan perkataan kasar pada ibu atas suruhan ayah dan terjebak memilih pergi sekolah atau menunggui ayah yang sedang sakit tanpa seorang pun di sisinya? Bagi seorang anak yang mengalami broken home tidak sejak dini, hal-hal seperti ini akan terasa tidak biasa. Well, sekarang aku bingung harus bercerita darimana karena membicarakan kerapuhan rumah tangga berarti menyentuh hati setiap pembaca –dan hatiku pula tentunya.


Teruntuk kamu yang memiliki kisah sedih mengendap tentang kebersamaan keluarga: Bertahanlah sebentar. Kalau untuk cinta saja kamu bisa bilang ‘tak ada yang abadi,’ kenapa tidak untuk rasa perih ini? Kamu mungkin bisa melepaskan beberapa teman yang tak sejalan denganmu. Tapi kamu tak akan mampu menghapus wajah dan kenangan bersama keluargamu

“Aku nggak punya keluarga.”

Teruntuk kamu yang sampai di paragraf ini mengatakan hal di atas: Bagaimana kamu menganggap orang yang membuatmu tertawa selama ini? Mereka yang senantiasa berusaha mendengarkan keluhanmu. Tidakkah mereka bagian dari penghuni di hati dan ingatan kecilmu?

Apa kamu tahu betapa orang yang kamu benci karena kekasarannya ini adalah dia yang di setiap langkahnya pergi bekerja selalu berpikir keras cara agar kamu dan saudara-saudaramu tetap berseragam? 

Supaya kalau besar nanti tidak menjadi seperti dirinya yang membuat anaknya bersedih karena tak bisa mengajari Bahasa Inggris maupun sekedar mengeja. Agar suatu hari nanti punya kesempatan belajar ilmu parenting sebelum dipersunting tambatan hati dan melahirkan keturunan lagi. 

Kemarahanmu menutup kasih sayang mereka. Kamu tidak tahu kan bagaimana gembiranya orang yang sekarang kamu rutuki itu saat kamu datang ke dunia bahkan dalam keadaan masih diselimuti darah dan ari-ari belum dipotong. 

Kamu menangis tak berhenti. 

Kamu membangunkan mereka di tengah malam, merengek, menyusahkan saat buang air sembarangan. Dan kamu tidak melihat bagaimana mereka malah bergembira melihatmu terus saja merepotkan seperti itu. 

Mereka tidak sempat berpikir bagaimana cara mengabadikan momen-momen tersebut. Tak ada perkiraan kelak kamu akan sebenci ini lalu memusuhi mereka, mengasingkan diri dari kedekatan bersama keluarga. 

Kamu yang merasa keluargamu sedang tidak baik-baik saja. Adakah kamu sudah memastikan mereka meninggalkanmu sengaja karena menganggapmu bagian dari hukuman yang diberikan Tuhan? Adakah kamu sudah meyakinkan diri dengan segala kelengkapan bukti kalau orangtuamu menitipkanmu karena malu mempunyai dirimu? 

Tidak. Mereka bahkan memikirkan keberlangsungan masa depanmu supaya tetap terjamin. Sebab itulah mereka menabahkan diri memberikan pengasuhanmu kepada yang lebih mampu mengatasi. 

Baca juga:


“Aku tak pernah membagi ceritaku pada orang lain.”

Mengapa kamu menyiksa dirimu sendiri? Kemarilah. Aku memang bukan terapis atau psikiater, tapi aku berjanji akan selalu mendengarkan ocehan tentang hidupmu yang keras. Sesekali kamu boleh menangis di bahuku. Uraikanlah semua beban yang kau bungkus sendirian. Bahumu memang kuat, namun tidakkah kamu ingat bahwa seseorang yang kelihatan paling kuat masih butuh dikuatkan. Ini karena mereka selalu dianggap mampu melakukan segalanya tanpa harus dibantu. Padahal setidaknya setiap orang membutuhkan teman berbagi. Rasa juga cerita. Asa pun luka dalam proses perjuangannya. 

Mengapa kamu menangis dan menyimpan segalanya sendirian? Maafkan aku yang tak selalu ada di sampingmu. Maafkan aku yang tidak selalu merespon cepat setiap chat yang kau tujukan padaku. Tolong maafkan aku atas perkataanku yang menganggap masalahmu sebagai ujian ringan. Saat itu aku lupa bahwa manusia tidak tumbuh dari akar yang sama. Lingkungan kita berbeda dan aku benar-benar tak ingat akan hal ini. Ya. Aku sudah mencoba merasai air matamu yang masih terbendung di kantungnya.

Aku harap kamu memahami bahwa aku pun memiliki beberapa urusan yang tak bisa ditinggalkan semauku. Bersabarlah sebentar jika aku menangguhkan waktu untuk memelukmu. Jangan pernah kamu berpikir aku tak menganggapmu penting dalam hidup. Ini hanya tentang mendesak atau tidak. Bahwa ternyata di luar sana bukan hanya kamu yang membutuhkan pelukan dan perlu ditenangkan sesegera mungkin. Ada banyak remaja seusiamu yang sedang muak dengan keadaan di rumah. 
source : www.pixabay.com

Seharusnya rumah adalah tempat pulang paling dirindukan.  Kamu tidak perlu marah pada mereka yang sering mengunggah momen kehangatan keluarga di sosial media. Kamu tahu, kamu pun dapat melakukan hal yang sama. Hanya saja Tuhan sengaja membuatmu unik. Itu karena kamu memang dirancang menjadi remaja yang lebih kuat dari rata-rata. Mereka tumbuh bahagia di setiap postingan sosial media. Itu menurutmu bukan? Belum tentu kenyataan. 

Setiap keluarga memiliki ceritanya masing-masing. Begitu pula aku dan kamu. Kadang kala aku pun malu jika harus menguak kembali masa kelam kami sekeluarga dalam usaha mempertahankan keutuhan. Marilah kita sama-sama sadari bahwa rumah tangga belum pantas disebut sempurna bila belum berhasil melewati serangkaian ujian. 

Ada krisis ekonomi yang menguji kesetiaan orangtuamu satu sama lain. Beberapa pasangan memilih mencari pendamping hidup lainnya bahkan tanpa memperhatikan adakah getaran cinta kepada pasangan baru mereka. Ini semua demi keberlangsungan hidup sejahtera, terutama ibu yang harus menghidupi anak-anaknya. 

Bagi keluarga kaya adakalanya perempuan tak tahu diri menyelinap masuk menyentuh raga kepala rumah tangga. Para Ayah juga manusia. Setelah melakukan perbuatan memalukan itu mereka juga terluka. Apalagi ketika melihat raut muka putra putrinya. Apa kamu sadar akan hal ini?

Sampai di sini apa kamu masih tak percaya padaku? 

Kenapa kamu menangis, sayang? Jangan menangis sendirian. Apa gunanya Tuhan menciptakan aku yang sekarang ada di sampingmu? Mendekatlah. Kamu akan lebih baik nantinya. 

Kalau kamu merasa tak kuat menjelaskan sekarang, diamlah. Biarkan aku terus mengelus rambut hitammu dan mengusap air yang mengering di pipimu. Perkara kamu akan lebih baik kapan janganlah dipikirkan. :)
 
Dulu, sewaktu keluarga kami goyah awalnya aku juga tak terima. Aku menangis menyalahkan ayah, ibu, kakak, bahkan takdir. Astaghfirullah. Barulah sekarang ketika telah tenang aku menyadari bahwa merutuki keadaan tidak akan mengembalikan kehangatan di keluarga kami. Apa kamu saat ini ada di posisi seperti itu? Luapkanlah. Luapkan semua emosi yang membuatmu merasa kesakitan. Buang. Buang sejauh-jauhnya semua penyesalan dan umpatan setelahnya. 

Percayalah padaku, kamu akan segera merasa lebih baik :). Minumlah. Air putih akan menghilangkan kekeruhan di pikiran dan hati kita bersama. Saat ini: i swear i’ll be here for you. Just tell me the story and let me to hug you. Even i tear i try to hear. Healing you and grow up my gentle side. 

Apa kamu ingin ku bacakan sesuatu yang menenangkan? Sini. Duduk dan dengarkanlah. Allah. Tuhan kita telah menghibur tanpa diminta. Kalau aku sedang di posisimu aku paling suka membaca Al Balad ayat 4 “Sesungguhnya manusia diciptakan dalam susah payah.” Tapi bagi ku juga banyak orang, Al Insyirah dan Ad Dhuha adalah healer yang paling manjur. Entah mengapa setiap hatiku kacau seperti kamu sekarang ini aku selalu merasa lebih tenang sekalipun tak ada seseorang yang menguatkan. :))


EmoticonEmoticon